Mengacu ke tren global yang identik dengan koneksi pertukaran data (internet) yang selalu ON. Blackberry yang hadir di pasaran Indonesia ketika fenomena Facebook, pada saat itu, memang sedang gila-gilanya, langsung mendapatkan posisi market yang baik di Indonesia. Pasar sudah menilai bahwa BB memang ponsel buat online dan update status serta chatting yang identik dengan Blackberry Messenger (BBM).
Nokia juga demikian, untuk mempertahankan eksistensi, peluncuran Nokia C3 dengan program interaktif Nokia Eksismeter mulai “menghasut” pasar bahwa Nokia juga memiliki ”daya dan gaya” dalam bersosial media dan messaging. Padahal sebelum C3 muncul, ponsel-ponsel sebelumnya seperti E71 dan Communicator sudah dapat untuk mengakses sosial media dan push email dari berbagai aplikasi ber-platform Symbian. Namun, pada era kejayaan ponsel-ponsel ini, sosial media belum terlalu heboh. Berbeda situasi ketika RIM dengan Blackberrynya mulai mengekspansi pasar ponsel Indonesia.
Ehm, itu sedikit gambaran dari satu sudut pandang saja. Jika mau diruntut dari berbagai sudut pandang, fungsionalitas, dan (mungkin cara pemakaian) pasti akan sangat panjang dan banyak mengundang perdebatan. Balik lagi, karena brand dan pasar ponsel-ponsel ini sangat kuat.
100-ribuan Untuk Bersosial Media
Jaman sudah menuntut vendor penyedia layanan paket layanan data secara unlimited. Konsumen sudah tidak mau berhitung berapa lama dan besarnya pemakaian. Vendor penyedia layanan juga memiliki ketergantungan produk pada kedua ponsel, Nokia dan Blackberry. Dari permintaan pasar, jelas vendor layanan ponsel bergerak harus memenuhi. Untuk tren dan pastinya untuk mendatangkan profit.Blackberry-lah yang pertama kali mendobrak pasar dengan paket layanan data yang dikenal denganBlackberry Internet Service-nya (BIS). Menggandeng vendor layanan untuk memberikan akses data “private” pada seluruh pengguna Blackberry di Indonesia. Saat itu Telkomsel yang pertama kali memberikan BIS. Saat pertama kali, BIS berkisar di harga 200 ribuan.
Dengan layanan ini, pengguna Blackberry bisa mengakses seluruh aplikasi yang berurusan dengan internet. Facebook for Blackberry, BBM, Yahoo! Messenger, Push-Email dan sebagainya. Termasuk untuk browsing lewat Blackberry.
Nokia juga mengambil peranan sebagai pemuas pasar mereka. Nokia Data Plan hadir dengan fungsionalitas yang sama. Tanpa diajarkan berhitung, konsumen bisa memakai sampai puas. Nokia Messaging (Ovi Chat, Facebook dan Twitter dari komunitas OVI), Peta Ovi, Musik Ovi, Kios Ovi, Push Email, Chatiing, dan browsing dari ponsel ini (termasuk menggunakan 3rd party app seperti Opera Mini dan Opera Mobile) semua dihadirkan lengkap.
Kedua layanan ini sekarang lebih terjangkau, semua hanya dihargai 100-ribuan per bulan dan pemakaian sepuasnya. Di luar pemakaian untuk menelpon dan sms.
Strategi pasar BIS dan Nokia Data Plan juga memiliki kesamaan. Membagi dalam 3 (tiga) pilihan paket layanan. Saya sebut dengan bahasa saya sendiri, karena saya memang bukan tim marketing dari keduanya.
- Paket Komplit..plit..plitt..plitt
- Paket Serius!
- Paket Anak Muda, cuy..
Yups, kebutuhan internet, berkomunitas di dunia maya plus di topang dengan gadget bergerak serta produk “internet instan” ini sudah menciptakan tren baru. Otomatis penyedia juga memanfaatkan tren tersebut. Banting harga, memberikan pilihan dan membangun infrastruktur layanan internet mobile pasti akan berkembang dan terus sampai tren ini akhirnya akan mengalami penurunan.
Belum ada komentar untuk "Nokia Data Plan vs Blackberry Internet Service"
Posting Komentar